Terkadang kita harus belajar pengalaman dari orang lain agar bisa membuat kita sadar dan menjadi seseorang yang menjadi baik dari hari ke hari ,,dan terkadang juga Allah memberikan ilmuNYA tidak langsung tapi juga bisa melalui orang - orang di sekitar kita ,,
Jadi ,, pekakan hatimu untuk sesama agar kamu bisa mendapatkan suatu ilmu tentang kehidupan dari mereka ...
( Ini juga tulisan yang gue dapat dari temen facebook gue itu ,, Orang ya masih sama ,, facebookx juga sama ,, jenis kelaminx masih sama ,, hehehe :P )
( nie alamat facebboknya gue kasih lagi : pyutzannisa@ymail.com atau putrinisa97@ymail.com )
Tuhan mengajariku banyak hal
oleh Dnpr Ciput Nadiyatul pada 05 Mei 2011 jam 18:40
Mungkin kalian heran dengan sms-smsku dua bulan terakhir. “kok pu3 sering kirim sms nasehat, hadist, kata mutiara, dan ayat al-qur’an? Pu3 lagi kumat? Ato jangan2 terseret NII? (nggak laaaah!!) Mentoring? Sejak kapan? Apabanget sih? Ah jangan-jangan ini lanjutan dari stres akibat ditinggal si dia enam bulan lalu? dan lain-lain yang mungkin sempat terlintas dibenak kalian.
Banyak sekali hal yang ingin aku ceritakan pada kalian. Aku yang jauh dari kalian ini, aku yang kalian kenal sebagai pu3 manja, ga mungkin jauh dari orang tua, keras kepala, banyak maunya, nakal, sekarang sedang didekati oleh Tuhannya.
Semua itu berawal dari ketidakikhlasanku masuk di kampus hutan ini. Kalian tentu masih ingat dengan pesan-pesan singkatku dulu pada kalian yang selalu bernada mengeluh. “aku pengen mulih! IPB gak blass! Aku gak seneng! Adoh banget teko kutho! Ga ada mall seperti bayanganku selama ini! Bla bla bla bla”.
Awal yang tidak baik itu berlanjut. Bertubi-tubi aku mengalami hal yang sangat menjengkelkan yang semakin membuatku gusar, emosi, dan semakin ingin pergi dari sini. Ngurus keterlambatan pendaftaran ulang karena operasi, ngurus surat sakit yang mbulet njelimet kemana-mana, ngurus namaku yang ga tercantum dikelas manapun, dan urusan-urusan lain. Semua itu harus ku selesaikan sendiri karena orang tuaku sudah pulang. Belum lagi adaptasi dengan teman-teman baru. Parahnya, saat aku bener-bener berada dalam kondisi yang ga baik ini, orang yang harusnya memberiku dukungan penuh malah ninggalin aku dan bersenang2 dengan cewek lain. Hmm, sudah jatuh tertimpa tangga pula! Aku bener-bener marah! Bahkan aku juga marah padaNya (astaghfirullah).
Kenapa aku harus ngalamin masalah separah ini? Semakin lama disini, aku semakin berpikir, apa maksud Tuhan dengan semua ini? Harusnya aku yang berada jauh disini diberi kemudahan dalam segala urusan agar aku tidak lagi berkeinginan untuk pulang sehingga keluargaku tidak khawatir lagi. Kenapa malah Tuhan memberiku banyak sekali masalah saat aku dalam keadaan sangat buruk?
Setelah lama aku mengamati dan menjalani kehidupanku yang sangat bermasalah ini, aku semakin sadar bahwa Tuhan hendak mengajariku arti “dewasa”. Itu ilmu pertama yang Dia berikan padaku. bahwa aku harus bisa hidup mandiri tanpa orang-orang yang dulu selalu memudahkanku dalam segala hal, dan bahwa cintaku pada si dia adalah tidak benar karena terlalu berlebihan sehingga ketika aku ditinggalnya aku merasa sangat stres.
Ilmu pertama telah mulai aku pahami. Saatnya belajar ilmu ke-2, “bersyukur”. Ilmu ini Tuhan berikan padaku saat suatu malam aku mengantarkan mbak Onyen berbelanja di supermarket sepulang les. Aku ga ikut belanja sih. Cuma duduk2 di depan market. Lagi nikmat nyruput jus jambu, terlihat olehku seoarang anak kecil ‘peminta sumbangan’ sedang duduk sendirian sambil bernyanyi. Matanya merah. Ya iya laaah,.. udah jam setengah sembilan malem. Pakaian lusuh, kaki melepuh ( ih sumpah tu kasian banget), kurus kering, beda banget ma aku yang seger ni (gemuk maksudnya^^). aku ga tau apa yang harus aku lakukan.
Tiba-tiba terlintas dalam benakku untuk memberinya sesuatu tapi nggak berupa sumbangan masjid itu. Ya, ku putuskan masuk ke market dan membeli roti, snack, susu, dan .. (aku lupa). Setelah itu aku keluar menyapa dan duduk dengannya. Namanya Ibnu. Bocah kelas lima SD. Tak lama setelah ngobrol, mbak onyen keluar dari market, dan akupun berpamitan padanya. Dia mengucapkan terimakasih dan tersenyum padaku. “mbak onyen tau gak? Dia itu pulangnya jam 9 malem. Trus blajarnya besok subuh jam 4. Dia tu cuma dapet upah goceng doang dari kerjaannya itu, tapi dia masih bisa giat belajar! Aku mbaaak? Aku ngeluh terus ya? Padahal aku punya semuanya. Aku ga perlu kerja kayak dia”. Ini pelajaran “bersyukur” pertama yang aku dapat dari Ibnu.
Pelajaran bersyukur ke-2 aku dapat dari ibu penjual makanan di masjid kampus. Saat itu aku membeli cilok seharga 1500 rupiah. Uangku 10rb. Ibunya ga punya kembalian. Aku bilang “ga usah kembalian deh bu, buat ibu aja”. U know what? Beliau mengucap alhamdulillah dan berterimakasih padaku bertubi-tubi. Hanya karena uang segitu? Sadar! Tuhan sedang mengajarkanku ilmu “bersyukur”. Sejak itu aku merasa aku tidak lagi boleh banyak ke mall, bahkan aku mulai berani meminta pada orang tua agar uang bulananku dijatah sesuai kebutuhanku saja. Tidak ada lagi uang belanja.
Hmm,.. dan kini Tuhan mengajarkanku ilmu ke-3, yakni “peduli ”. Ini berawal ketika aku sedang berjalan ke ruang kuliah. Aku melihat seorang lelaki (sangat mengagumkan) sedang mengajari anak kecil yang biasa berjualan kue di kampus bersama ibunya. Ya Allah, bahkan untuk hal sekecil itu ga pernah terpikir olehku. Aku lebih banyak meluangkan waktuku untuk tidur, kuliah, ngerjain tugas tanpa bisa memberi manfaat pada orang di skelilingku. “khoirunnaas anfa’uhum linnaas”, bukan? Ya, inilah ilmu ke-3 yang Tuhan ajarkan padaku.
Kini aku sedang menunggu ilmu ke empat, ke lima, ke enam, dan seterusnya dariNya.
Kini aku tak lagi menyesali kejadian tersesatnya aku di kampus hutan ini, aku tak lagi GALAU karena ditinggal si dia enam bulan lalu. Oh iya, Tuhan juga mengajariku ilmu “cinta”. Tidak benar bagiku menangisi si dia, dan tidak benar pula bila aku menyalahkannya atas apa yang dia lakukan. Ini adalah kesalahanku yang telah salah memaknai cinta. Bahwa cinta yang ku berikan pada dia adalah cinta yang salah. Cinta yang ingin memiliki. Cinta yang egois dan cinta yang bukan karena Allah. Aku bersyukur dia telah melakukan hal itu (meninggalkanku dan berpacaran dengan perempuan lain). Mungkin jika dia tidak melakukan hal itu, aku masih terjebak dalam cinta yang salah. Kini aku tak lagi memikirkan soal cinta. Yang aku lakukan sekarang adalah meningkatkan kualitas diri, memperbaiki diri, agar tiga atau empat tahun lagi aku siap untuk menjadi seorang istri dari lelaki terbaik yang Allah pilih untukku nanti^^
sekarang aku berusaha keras untuk bisa membuat orang tuaku bangga, lega dan merasa tidak sia-sia telah melahirkan dan membesarkanku. doakan aku ya teman-teman^^
Semoga sedikit cerita tentang kehidupan ini bisa bermafaat bagi kita bersama dan bisa menjadi pelajaran yang dapat membuat hidup kita lebih baik lagi .. AMIN !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar