SELAMAT DATANG

.. Apa yang aku pikirkan aku tulis ..
.. Apa yang aku rasakan aku tulis ..
.. Apa yang aku dengar aku tulis ..
.. Apa yang aku lihat aku tulis ..
.. Apa yang aku ingin ungkapkan aku tulis ..
.. Biarkanlah semua yang ada di sekitar dan di sekelilingku ,,
.. memberiku inspirasi untuk selalu membuat diriku menulis dan terus menulis ,,
.. BECAUSE INSPIRATION IS EVERYWHERE ..

>> WELCOME TO THE WORLD MY INSPIRATION <<

Sabtu, 25 Juni 2011

ARTI SEBUAH HARAPAN


Ada 4 lilin yang menyala, sedikit demi sedikit habis meleleh. Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka. Yang pertama berkata :

“Aku adalah IMAN, namun manusia tak mampu menjaga ku, maka lebih baik aku mematikan diriku saja!” Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.

Lalu yang kedua berkata :

“Aku adalah DAMAI, sayang aku tak berguna lagi, manusia tidak mau mengenalku, tak ada gunanya aku menyala.” Begitu selesai bicara tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran lilin ketiga bicara :

“Aku adalah CINTA, aku sudah tak mampu lagi menyala, sebab manusia tidak lagi memandang dan menganggap ku berguna, mereka saling membenci...” Tanpa waktu lama maka padamlah lilin ketiga.

Tanpa terduga....

Seorang anak masuk ke dalam kamar dan melihat ketiga lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan, ia berkata :

Hei apa yang terjadi ?? kalian harus tetap menyala, aku takut akan kegelapan!” lalu ia pun menangis tersedu-sedu.

Dengan terharu lilin ke empat berkata :

Jangan takut, janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga lilin lainnya :

Akulah “ HARAPAN

Dengan gembira sang anak mengambil lilin harapan lalu menyalakan ketiga lilin lainnya.

Kesimpulan dari cerita di atas adalah :
Sebuah HARAPAN yang tidak pernah mati dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat seperti sang anak yang dalam situasi apapun dapat menghidupkan kembali IMAN, DAMAI, CINTA dengan HARAPANnya.

( Dikutip dari buku THE LIGHT OF A LITTLE CANDLE , CAHYO SATRIA WIAJAYA )

Tunggu Kisah Insipiratif Lainnya Dari Buku Ini ,, :)

Jumat, 24 Juni 2011

KASIH IBU

Suatu malam, seorang wanita berusia 20 tahun bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, ia segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang. Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi tetapi ia tidak mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat si anak berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata,”Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?”
Ya, tetapi aku tidak membawa uang,” jawab si wanita dengan malu-malu
Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu”, jawab si pemilik kedai.
Silahkan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu”.

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi. Si wanita itu segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang.
Ada apa nona?”, tanya si pemilik kedai.
Tidak apa-apa”, aku hanya terharu jawab wanita itu sambil mengeringkan air matanya.
Bahkan seorang yang baru ku kenal pun memberi aku semangkuk bakmi ! Tetapi ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi. Kau, seorang yang baru ku kenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan ibu kandungku sendiri.” Katanya kepada pemilik kedai.

Pemilik kedai setelah mendengar perkataanya, menarik nafas panjang lalu berkata :
Nona, mengapa kau berpikir seperti itu ? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya”.
Si wanita terhenyak mendengar hal tersebut. “Mengapa aku tidak berpikir tentang hal itu ? untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru aku kenal, aku begitu berterima kasih. Tetapi kepada ibukku yang memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya”. Dia segera menghabiskan bakminya, lalu menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya

Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yang harus di ucapkan kepada ibunya. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya berwajah letih dan cemas. Ketika bertemu dengannya, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah,” Nak, kau sudah pulang. Cepatlah masuk, ibu telah menyiapkan makan malam. Makanlah dahulu sebelum kau tidur. Makanan akan dingin jika kau tidak memakannya sekarang.” Pada saat itu si wanita tidak dapat menahan tangisnya. Ia pun menangis di pelukan ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi kepada orang yang sangat dekat dengan kita, khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita. Kadang-kadang, kita sulit atau lebih tepatnya tidak mau untuk melihat dan menghargai pertolongan yang diberikan oleh orang-orang yang sudah sangat kita kenal. Untuk menghargai cinta kasih mereka.  Kita menganggap bahwa itu sebagai suatu keharusan dan sebuah kewajiban.

( Dikutip dari buku THE LIGHT OF A LITTLE CANDLE , CAHYO SATRIA WIAJAYA )

Tunggu Kisah Insipiratif Lainnya Dari Buku Ini ,, J

Tidak ada kata-kata yang terindah yang bisa aku ungkapkan untuk melukiskan semua pengorbanan dan kasih sayangmu ibu ,,

Aku hanya bisa berkata : Terima kasih ibu ,, i love you mom ,,

Kamis, 23 Juni 2011

MALAIKAT PELINDUNG


Suatu ketika ada seorang bayi yang siap untuk dilahirkan. Maka ia bertanya kepada Tuhan,”Ya Tuhan, engkau akan mengirimkan aku ke bumi. Tapi aku takut, aku masih sangat kecil dan tak berdaya. Siapakah nanti yang akan melindungiku di sana?”

Tuhan pun menjawab,”Di antara semua malaikat-Ku, Aku akan memilih seseorang yang khusus untukmu, dia akan merawat dan mengasihimu.” Si kecil bertanya lagi,”Tapi di sini di surga ini aku tak berbuat apa-apa, kecuali tersenyum dan bernyanyi. Semua itu sudah cukup untuk membuatku bahagia.” Tuhan pun menjawab, “Tak apa, Malaikatmu itu akan selalu menyenandungkan lagu untukmu dan dia akan membuatmu tersenyum setiap hari. Kamu akan merasakan cinta dan kasih sayang, dan itu semua pasti akan membuatmu bahagia.” Namun Si kecil bertanya lagi,”Bagaimana aku bisa mengerti ucapan mereka, jika aku tak tahu bahasa yang mereka pakai?

Tuhan pun menjawab,”Malaikatmu itu akan membisikkanmu kata-kata yang indah, dia akan selalu sabar berada di sampingmu. Dan dengan kasihnya dia akan mengajarkanmu berbicara dengan bahasa manusia. Si kecil bertanya lagi,”Lalu bagaimana jika aku ingin berbicara padamu Ya Tuhan?”

Tuhan pun kembali menjawab,”Malaikatmu itu akan membimbingmu, dia akan mengadahkan tangannya bersamamu dan mengajarkanmu untuk berdoa,” lagi-lagi Si kecil menyelidik,”Namun aku mendengar di sana banyak sekali orang jahat, siapakah nanti yang akan melindungiku?”

Tuhan pun menjawab,”Tenang, malaikatmu akan terus melindungimu walaupun nyawa yang menjadi taruhannya. Dia sering akan melupakan kepentingannya sendiri untuk keselamatanmu.” Namun si kecil kini malah menjadi sedih,”Tuhan tentu aku akan menjadi sedih jika tak melihat-Mu lagi.

Tuhan menjawab lagi,”Malaikatmu akan selalu mengajarkan keagungan-Ku, dan dia akan mendidikmu bagaimana agar selalu patuh dan taat kepada-Ku. Dia akan selalu membimbingmu untuk selalu mengingat-Ku. Walau begitu aku akan selalu ada di sisimu.

Hening, kedamaianpun kembali menerpa surga. Suara-suara penggilan dari bumi mulai sayup-sayup terdengar.”Ya Tuhan, aku akan pergi sekarang, tolong sebutkan nama dari malaikat pelindungku itu...

Tuhan kembali menjawab,”Nama malaikatmu itu tak begitu penting. Hanya saya kamu akan sering menyebutnya dengan panggilan: Ibu...

( Dikutip dari buku THE LIGHT OF A LITTLE CANDLE , CAHYO SATRIA WIAJAYA )

Tunggu Kisah Insipiratif Lainnya Dari Buku Ini ,, J

Rabu, 22 Juni 2011

GARAM DAN TELAGA


Suatu ketika hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan raut mukanya ruwet. Tamu itu memang tampak seperti orang yang tidak berbahagia.

Tanpa membuang waktu orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak tua yang bijak itu hanya mendengarkan dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam dan meminta tamu itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas, lalu di aduknya perlahan. “Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya”, ujar pak tua itu.

Pahit.. Pahit sekali rasanya...”, jawab tamu itu sambil meludah ke samping.

Pak tua sedikit tersenyum. Lalu ia mengajak tamunya berjalan ke tepi telaga di dalam hutan di dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.

Pak tua kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga. Dengan sepotong kayu dibuatnya gelombang-gelombang dari adukan-adukan itu yang menciptakan riak-riak air.”Coba ambil air telaga ini dan minumlah”, perintah Pak Tua. Saat tamu itu selesai meneguk air itu, Pak tua kembali bertanya, “Bagaimana rasanya?”

Segar”, sahut tamunya,”Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, Tanya pak tua lagi. “Tidak” jawab si anak muda.

Dengan kebapakan Pak tua menepuk-nepuk punggung anak muda itu. Ia lalu mengajak duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu.”Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan itu adalah layaknya segenggam garam, tidak lebih dan tidak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama. Dan memang akan tetap selalu sama.

Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.

Pak tua itu kembali memberi nasehat,”Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas. Buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan pak tua, ‘sang orang bijak’, kembali menyimpan ‘segenggam garam’ untuk anak muda lain yang sering datang kepadanya membawa keresahan jiwa.

( Dikutip dari buku THE LIGHT OF A LITTLE CANDLE , CAHYO SATRIA WIAJAYA )

Tunggu Kisah Insipiratif Lainnya Dari Buku Ini ,, :)

PAKU


Suatu ketika  ada seorang anak laki-laki yang mempunyai sifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan pemarahnya, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memamukan sebuah paku di pagar belakang rumah setiap kali dia marah.

Hari pertama anak itu telah memakukan 48 buah paku ke pagar. Lalu secara bertahap jumlah itu mulai berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar rumah.

Akhirnya tibalah waktu dimana anak itu merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar. “Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya.” Sang terdiam sejenak, lalu kembali melanjutkan kata-katanya,”Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahanmu, kata-katamu telah meninggalkan bekas seperti lubang ini.. di hati orang lain.

kamu dapat memasukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu, tetapi tidak peduli berapa kali kamu meminta maaf, luka tusukan itu akan tetap selalu ada dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik kita.

( Dikutip dari buku THE LIGHT OF A LITTLE CANDLE , CAHYO SATRIA WIAJAYA )

Tunggu Kisah Insipiratif Lainnya Dari Buku Ini ,, :)

Amarah dan emosi tidak akan menyelesaikan masalah yang kita hadapi, bahkan akan membuat masalah itu menjadi masalah yang tambah rumit dari sebelumnya dan bahkan akan menimbulkan masalah baru di dalamnya.

Saat kita marah kita hati kita memang lega akan tetapi akan timbul penyesalan di akhirnya, pasti akan timbul pertanyaan ,”kenapa aku tadi marah ? Seandainya aku tadi tidak marah semuanya tidak akan seperti ini ?

Kemarahanan tidak akan pernah menguntungkanmu malah akan merugikanmu,, tahan emosi sebisa mungkin dan selesaikan masalah apapun itu tanpa emosi akan tetapi dengan pikiran yang tenang. Insya Allah masalah itu akan terselesaikan dengan lebih baik. Dan jika lebih baik lagi jika cacian dari orang lain kalian balas dengan keramahan,, Keramahan dari kalian Insya Allah akan membuat orang yang mencaci dan menjelekkan kalian akan membuat hati orang itu menjadi luluh dan malu untuk mencaci dan menjelekkan kalian lagi,, Insya Allah semuanya akan lebih baik ,, :)

Dan ingatlah  . . . “ Allah SWT akan selalu bersama orang – orang yang sabar “
Percayalah itu kawanku :)

( Hal seperti di atas telah saya alami sendiri ,, kemarahan sangat merugikan dalam hidup saya )

Selasa, 21 Juni 2011

CANGKIR YANG CANTIK


Sepasang kakek dan nenek pergi berbelanja di sebuah toko souvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. “Lihatlah cangkir itu”, kata si nenek kepada suaminya. “Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat”, ujar si kakek.

Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud itu berbicara,”Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidaklah cantik. Sebelum menjadi cangkir yang di kagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.

Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop! Stop! Teriakku, tetapi orang itu berkata, Belum!, lalu ia mulai menyodokku dan meninjuku berulang-ulang.

Stop! Stop! Teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih parah lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian.

Panas! Panas! Teriakku dengan keras. Stop! Stop! Cukup! Cukup! Teriakku lagi. Tapi orang ini kembali menyahut, Belum!

Akhirnya, ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir selesailah penderitaanku. Tapi ternyata belum. Setelah dingin, ia menyerahkan aku ke seorang wanita muda dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop! Stop! Aku berteriak.

Wanita itu berkata, “Belum!”. Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya.Tolong! Tolong! Hentikan penyiksaan ini,” sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas “Menyiksaku” kini dibiarkannya diriku menjadi dingin.

Setelah benar-benar dingin, seorang wanita mengangkat dan menempatkanku di dekat kaca. Aku melihat diriku dan aku terkejut sekali. Hampir-hampir aku tidak percaya, karena dihadapanku telah berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua penderitaan dan kesakitanku yang menjadi sirna tatkala aku melihat diriku sekarang ini

( Dikutip dari buku THE LIGHT OF A LITTLE CANDLE , CAHYO SATRIA WIAJAYA )

Tunggu Kisah Insipiratif Lainnya Dari Buku Ini ,, :)

Segala kesakitan ,, kepedihan ,, kesedihan ,, kepahitan dan semua penderitaan yang kita alami pasti semua ada hikmah tersendiri di dalamnya ,,
ALLAH tidak akan memberi sebuah cobaan atau ujian kepada hambanya tanpa ada maksud dan petunjuk tertentu dan semua cobaan dan ujian yang diberikan oleh ALLAH tidak akan melebihi kemampuan hambanya ,,

Dan bersyukurlah kalian yang masih di beri ujian oleh ALLAH dalam hidup kalian ,, karena ALLAH masih sayang dengan kalian dan masih mau untuk memberi petunjuknya dan hidayahnya untuk kalian ,,

Sakit hati ,, kecewa ,, dihianati ,, dan segala bentuk kesakitan hati dan kepahitan hidup  lainnya akan memberi pelajaran dan ilmu kepada kita untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa lagi dari sebelumnya.

Dan berterima kasihlah kepada orang-orang yang telah menyakitimu karena mereka telah menjadi guru dalam hidup kalian dan telah membantu kalian untuk melangkah selangkah demi selangkah untuk menjadi pribadi yang kuat dan pribadi yang lebih cantik hati dari sebelumnya.. :)

BATU KECIL


Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat atas tembok yang sangat tinggi. Pada suatu hari ia hanya menyampaikan pesan penting kepada teman kerja yang ada di bawahnya. Pekerja itu berteriak-teriak, tetapi temannya tidak bisa mendengar karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja sehingga usahanya sia-sia belaka.

Oleh karena itu untuk menarik perhatian orang yang ada di bawahnya, ia mencoba melempar uang logam di depan temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu dan lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usaha yang keduanya pun memperoleh hasil yang sama.

Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah orang itu. Batu itu tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit, temannya menengadah ke atas, sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesannya.

Tuhan kadang-kadang menggunakan cobaan-cobaan ringan untuk membuat kita menengadah ke atas kepada-Nya. Seringkali Tuhan melimpahkan kita dengan rahmat, tetapi tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepada-Nya. Karena itu, agar kita selalu mengingat kepada-Nya, Tuhan sering menjatuhkan “Batu Kecil” kepada kita.

( Dikutip dari buku THE LIGHT OF A LITTLE CANDLE , CAHYO SATRIA WIAJAYA )

Tunggu Kisah Insipiratif Lainnya Dari Buku Ini ,, J

Kadang petunjuk yang ALLAH berikan kepada kita di luar akal dan pikiran kita ,,
Karena ALLAH lebih tahu apa yang kita butuhkan dan apa yang terbaik untuk kita ,,
Oleh karena itu ALLAH pasti akan memberikan batu kecil-batu kecil tersebut secara perlahan agar kita lebih mengerti bagaimana kehidupan itu sebenarnya ,,
Dan lewat batu kecil-batu kecil itulah yang akan mendewasakan kita untuk menjadi orang yang lebih baik dari hari ke hari ,,
PERCAYALAH !!!

Senin, 20 Juni 2011

CERITA DARI GUNUNG


Seorang bocah mengisi waktu luang dengan kegiatan mendaki gunung bersama ayahnya. Entah mengapa tiba-tiba si bocah tersandung akar pohon dan jatuh. “Aduh!”, jeritannya memecah keheningan suasana gunung. Si bocah amat terkejut ketika mendengar suara dikejauhan menirukan teriakannya persis sama, “Aduhh!

Dasar anak-anak, ia berteriak lagi,”Hei, siapa kamu?” dan jawaban yang terdengar adalah “Hei, siapa kamu?”. Lantaran kesal mengetahui suaranya ditirukan, si anak berseru “Pengecut kamu!” Lagi-lagi ia terkejut ketika suara dari sana membalasnya dengan umpatan serupa. Ia bertanya kepada sang ayah,”Apa yang terjadi?

Dengan penuh kearifan, sang ayah tersenyum,”Anakku, coba perhatikan” Lelaki itu berkata keras,”Saya kagum padamu!” suara dikejauhan menjawab,”Saya kagum padamu!” Sekali lagi sang ayah berteriak “Kamu sang juara!” Dan suara itu kembali menjawab, “Kamu sang juara!
Sang bocah sangat keheranan, meski demikian ia tetap tidak mengerti. Lalu sang ayah menjelaskan,”Suara itu adalah GEMA, tetapi sesungguhnya itulah KEHIDUPAN”.

Kehidupan memberikan umpan balik atas semua ucapan dan tindakanmu, nak”, jelas sang ayah. “Dengan kata lain, kehidupan kita adalah sebuah pantulan atau bayangan atas tindakan kita. Bila kamu ingin banyak mendapatkan cinta di dunia ini, ya ciptakanlah cinta di dalam hatimu. Bila kamu menginginkan tim kerjamu punya kemampuan tinggi, ya tingkatkanlah kemampuan di dalam dirimu. Hidup akan memberikan kembali segala sesuatu yang telah kau berikan kepadanya. Ingat anakku, hidup bukan sebuah kebetulan, tetapi sebuah bayangan dari dirimu sendiri”, tutur sang ayah.

( Dikutip dari buku THE LIGHT OF A LITTLE CANDLE , CAHYO SATRIA WIAJAYA )

Tunggu Kisah Insipiratif Lainnya Dari Buku Ini ,, :)

Jumat, 17 Juni 2011

ANUGERAH DI SETIAP LANGKAH


Seorang profesor di undang untuk berbicara di sebuah basis militer. Di sana ia berjumpa dengan seorang prajurit yang tidak mungkin akan dilupakannya, bernama harry. Harrylah yang dikirim untuk menjemput sang profesor di bandara.

Setelah saling memperkenalkan diri, mereka menuju ke tempat pengambilan kopor. Ketika berjalan keluar, Harry sering menghilang. Ternyata banyak hal yang dilakukannya. Ia membantu seorang wanita tua yang kopornya jatuh. Kemudian mengangkat seorang anak kecil agar dapat melihat pemandangan. Ia juga menolong orang yang tersesat dengan menunjukkan arah yang benar. Setiap kali ia selesai, ia kembali ke sisi profesor itu dengan tersenyum lebar menghiasi wajahnya.

Dari mana anda mempelajari hal-hal seperti itu?”, tanya profesor.

“Oh”, kata harry, “Selama perang saya kira”. Lalu ia menuturkan kisah perjalanan tugasnya selama di Vietnam. Juga tentang tugasnya saat membersihkan ladang ranjau, dan bagaimana ia harus menyasikan bagaimana satu per satu temannya tewas terkena ledakan ranjau di depan matanya.

Saya belajar untuk hidup diantara pijakan setiap langkah”, katanya “Saya tak pernah tahu apakah langkah berikutnya merupakan pijakan terkahir, sehingga saya belajar untuk melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat dan memijakkan kaki. Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan sebuah dunia baru. Dan saya kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini.

Memang, kelimpahan hidup tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup, melainkan sejauh mana kita menjalani kehidupan yang berkualitas.

( Dikutip dari buku THE LIGHT OF A LITTLE CANDLE , CAHYO SATRIA WIAJAYA )

Tunggu Kisah Insipiratif Lainnya Dari Buku Ini ,, J

Jadikanlah hidup kalian bisa bermanfaat bagi orang lain J

Kamis, 16 Juni 2011

BENIH


Suatu ketika, ada sebuah pohon yang rindang. Di bawahnya, tampak dua orang yang sedang beristirahat. Rupanya, ada seorang pedagang bersama anaknya yang berteduh di sana. Tampaknya mereka kelelahan sehabis berdagang di kota. Dengan menggelar sehelai tikar, duduklah mereka di bawah pohon yang besar.

Angin semilir membuat sang pedagang mengantuk. Namun tidak demikian dengan anaknya yang masih belia.”Ayah, aku ingin bertanya...” terdengar suara yang mengusik ambang sadar si pedagang.”Kapan aku besar, Ayah? Kapan aku bisa kuat seperti ayah, dan bisa membawa dagangan kita ke kota?

Sepertinya, lanjut sang bocah,”aku tak akan bisa besar. Tubuhku ramping seperti ibu, berbeda dengan ayah yang tegap dan berbadan besar. Kupikir, aku tak akan sanggup memikul dagangan kita jika aku tetap seperti ini.” Jari tangannya tampak mengores-gores sesuatu di atas tanah. Lalu, ia kembali melanjutkan,”Bilakah aku bisa punya tubuh besar sepertimu, Ayah?

Sang ayah yang awalnya mengantuk, kini tampak siaga. Diambilnya sebuah benih, di atas tanah yang sebelumnya di kais-kais oleh anaknya. Diangkatnya benih itu dengan ujung jari telunjuk. Benda itu terlihat seperti kacang kecil, dengan ukuran yang tak sebanding dengan tangan pedagang yang besar-besar. Kemudian ia pun mulai berbicara.

Nak, jangan malu dengan tubuhmu yang kecil. Pandanglah pohon besar tempat kita berteduh ini. Tahukah kamu, batangnya yang kokoh ini dulu berasal dari benih yang sekecil ini. Dahan, ranting dan daunnya juga berasal dari benih yang ayah pegang ini. Akar-akarnya yang tampak menonjol juga dari benih ini. Dan kalau kamu menggali tanah ini, ketahuilah, sulur-sulur akarnya yang menerobos tanah juga berasal dari tempat yang sama.

Diperhatikan wajah sang anak yang tampak tertegun. “Ketahuilah Nak, benih ini menyimpan segalanya. Benih ini menyimpan batang yang kokoh, dahan yang rindang, daun yang lebat, juga akar-akar yang kuat. Dan untuk menjadi sebesar pohon ini, ia hanya membutuhkan angin, air, dan cahaya matahari yang cukup. Namun jangan lupakan waktu yang membuatnya terus bertumbuh. Pada mereka semualah benih ini berterima kasih, karena telah melatihnya menjadi mahluk yang sabar.

Suatu saat nanti, kamu akan besar Nak. Jangan pernah takut untuk berharap menjadi besar karena bisa jadi itu hanya butuh ketekunan dan kesabaran.

Terlihatlah senyum di wajah mereka. Lalu keduanya merebahkan diri, meluruskan pandangan ke langit lepas, membayangkan berjuta harapan dan impian dalam benak. Tak lama berselang, keduanya pun terlelap dalam tidur, melepaskan lelah mereka setelah seharian bekerja.

Pedagang itu benar. Jangan pernah merasa malu dengan segala keterbatasan. Jangan merasa sedih dengan ketidaksempurnaan. Karena ALLAH menciptakan kita penuh dengan keistimewaan dan karena ALLAH memang menyiapkan kita menjadi mahluk dengan  berbagai kelebihan.
Mungkin suatu ketika kita pernah merasa kecil, tak mampu, tak berdaya dengan segala persoalan hidup. Kita mungkin sering bertanya-tanya, kapan kita menjadi besar, dan mampu menggapai semua impian, harapan dan keinginan yang ada dalam dada. Kita juga bisa jadi sering membayangkan, bilakah saatnya berhasil? Kapankah saat itu akan datang?

Teman, kita adalah layaknya benih kecil itu. Benih yang menyimpan semua kekuatan dari batang yang kokoh, dahan yang kuat, serta daun-daun yang lebar. Dalam benih itu pula akar-akar yang keras dan menghujam itu berasal. Namun, akankah ALLAH membiarkan benih itu tumbuh besar, tanpa apa dengan bantuan tiupan angin, derasnya air hujan, dan teriknya sinar matahari?

Begitupun kita, akankah ALLAH membiarkan kita besar, berhasil, dan sukses tanpa pernah merasakan ujian dan cobaan? Akankah ALLAH lupa mengingatkan kita dengan hembusan angin “masalah”, derasnya air “ujian” serta teriknya matahari “persoalan”?
Tidak teman, karena ALLAH MAHA TAHU, bahwa setiap hambaNya akan menemukan jalan keberhasilan, maka ALLAH akan tak pernah lupa dengan itu semua.

Jangan pernah berkecil hati. Semua keberhasilan dan kesuksesan itu telah ada dalam dirimu.

( Dikutip dari buku THE LIGHT OF A LITTLE CANDLE , CAHYO SATRIA WIAJAYA )

Tunggu Kisah Insipiratif Lainnya Dari Buku Ini ,, :)

Rabu, 15 Juni 2011

AYAH



Suatu ketika, ada seorang anak wanita yang bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, di sertai suara batuk-batuknya.

Anak wanita itu bertanya pada ayahnya : “Ayah, mengapa wajah ayah kian berkerut-merut dengan badan ayah yang kian hari kian bungkuk ?” demikian pertanyaannya, ketika ayahnya sedang santai di beranda.

Ayahnya menjawab : “Sebab aku laki-laki.” Itulah jawaban Ayahnya. Anak wanita itu bergumam : “Aku tidak mengerti.” Dengan berkerut kening karena jawaban ayahnya membuat tercenung rasa penasaran.

Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk-nepuk bahunya, kemudian ayahnya mengatakan : “Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki.” Demikian bisik ayahnya yang membuat anak wanita itu tambah kebingungan.

Karena penasaraan, kemudian anak wanita itu menghampiri ibunya lalu bertanya kepada ibunya : “Ibu, mengapa wajah ayah jadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk ? dan sepertinya ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit ?

Ibunya menjawab : “Anakku, jika seorang laki-laki yang benar-benar bertanggungjawab terhadap keluarga itu memang akan demikian.” Hanya itu jawaban sang ibu.

Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran,  mengapa wajah ayahnya yang tadinya tampan menjadi berkerut-merut dan badannya menjadi terbungkuk-bungkuk ?

Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam impian itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa kepenasarannya selama ini.

Saat KU ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang peyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan berusaha untuk menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman, teduh dan terlindungi.”

“KU ciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya.”

“KU berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetes keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapat cercaan dari anak-anaknya.”

“KU berikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari demi keluarganya, dia merelakan badannya berbasah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan dihembus angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya, dan yang selalu dia ingat, adalah di saat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya.”

“KU berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun di setiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya.”

“KU berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, di dalam kondisi dan situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya, melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan saling mengasihi sesama saudara.”

“KU berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengertian dan kesadaran terhadap anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang, walaupun seringkali ditentang bahkan dilecehkan oleh anak-anaknya.”

“KU berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyadarkan, bahwa istri yang baik adalah istri  yang setia terhadap suaminya, istri yang baik adalah istri yang senantiasa menemani dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang di berikan kepada istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar dan saling melengkapi serta saling menyayangi.”

“KU berikan kerutan di wajahnya agar menjadi bukti, bahwa laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga sakinah dan badannya yang terbungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya. Senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya.”

“KU berikan kepada laki-laki tanggung jawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang peyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah amanah di dunia dan akhirat.”

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, bersuci, berwudhu dan melakukan shalat malam hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik ayahnya yang sedang berdzikir, ketika ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan ayahnya.

Aku mendengar dan merasakan bebanmu, Ayah.

( Dikutip dari buku THE LIGHT OF A LITTLE CANDLE , CAHYO SATRIA WIAJAYA )

Tunggu Kisah Insipiratif Lainnya Dari Buku Ini ,, J

Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi setelah membaca cerita ini ,,
Aku menutup buku itu dan memikirkan ayahku yang sedang berada di rumah ,,
Apa yang sedang beliau lakukan sekarang ??
Aku jadi teringat ketika beliau berkerja di depan komputer sampai tengah malam ,,
Mengerjakan sesuatu untuk bisa menghasilkan uang untuk keluarganya ,,
Rasa kantuk yang melanda kadang beliau hiraukan untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya ,,
Dan beliau tidak lupa selalu berdoa untuk keluarganya ,, di dalam dzikirnya atau pun di dalam shalat malamnya di saat semua anak dan istrinya tertidur dengan pulasnya ,,
Di saat dia duduk sendirian di ruang tamu ,, aku mendengar suara orang batuk dari arah ruang tamu ,, aku melihatnya ke ruang tamu ,, Beliau malah tersenyum dan mengajakku berbincang dan bercanda seolah-olah tidak terjadi apa-apa ,,
Di saat makanan di meja makan tersisa sedikit,, beliau langsung berkata : “Makanlah nak, Ayah makan nanti saja.”

Ayah, Maafkan anakmu ini yang tidak pernah mengerti bagaimana beban yang engkau tanggung selama ini,, beban-beban yang engkau rasakan selama ini,,
Maafkan aku yang sering melupakan perhatian-perhatian kecil yang engkau berikan kepadaku,, Maafkan aku ayah dan terima kasih engkau sudah selalu berusaha untuk menjadi ayah terbaik untuk diriku,,

Dan bila saatnya nanti tiba,, biarkan anakmu ini membahagiakanmu walaupun anakmu ini  juga tidak mengetahui kapan saat itu akan terjadi. Tapi percayalah ayah, saat itu pasti akan terjadi,, aku akan membahagiakanmu dengan cara dan jerih payahku sendiri. PASTI AYAH !!!

Selasa, 14 Juni 2011

SYUKUR



Aku tak selalu mendapatkan apa yang kusukai, oleh karena itu aku selalu menyukai apapun yang aku dapatkan.

Kata – kata di atas merupakan wujud syukur. Syukur merupakan kualitas  hati yang terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tentram dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa berkurang dan tak bahagia.

Ada dua hal yang sering membuat kita tak bersyukur.

Pertama : kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki. Katakanlah anda telah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang terbaik. Tapi anda masih merasa kurang. Pikiran anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang. Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Tapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tak puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi, betapapun banyaknya harta yang kita miliki, kita tak pernah menjadi “ KAYA “ dalam arti yang sesungguhnya.

Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang “kaya”, Orang yang “kaya” bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka miliki.

Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tapi kita perlu menyadari bahwa inilah akar perasaan tak tenteram. Kita dapat mengubah perasaan ini dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki. Cobalah lihat keadaan di sekeliling anda, pikirkan yang anda miliki dan syukurilah. Anda akan merasakan nikmatnya hidup. Pusatkanlah perhatian anda pada sifat-sifat baik atasan, pasangan dan orang – orang di sekitar anda. Mereka akan menjadi lebih menyenangkan. Seorang pengarang pernah mengatakan, “Menikahlah dengan orang yang anda sukai, setelah itu cintailah orang yang anda nikahi.” Ini perwujudan rasa syukur.

Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tak dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur.

Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri dan lebih kaya dari kita.

Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri. Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, “Lulu, Lulu”. Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang di hadapi orang ini. Si dokter menjawab, “orang ini gila setelah cintanya di tolak oleh Lulu.” Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia terkejut melihat penghuninya terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak, “Lulu, Lulu”. “Orang ini juga punya masalah dengan Lulu?” tanyanya keheranan. Dokter kemudian menjawab, “Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu.”

Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi. Saya mempunyai cerita mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika di tanya kenapa demikian, ia menjawab,”Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup di tanah seberang. Kalau berhasil selamat saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga”.

BERSYUKURLAH !!!!

BERSYUKURLAH bahwa kamu belum siap memiliki segala sesuatu yang kamu inginkan. Seandainya sudah, apalagi yang harus di inginkan ?

BERSYUKURLAH apabila kamu tidak tahu sesuatu. Karena itu memberimu kesempatan belajar.

BERSYUKURLAH untuk masa-masa sulit. Di masa sulit itulah kamu tumbuh.

BERSYUKURLAH untuk keterbatasanmu. Karena itu memberimu kesempatan untuk berkembang.

BERSYUKURLAH untuk setiap tantangan baru. Karena itu akan membangun kekuatan dan karaktermu.

BERSYUKURLAH untuk kesalahan yang kamu buat. Itu akan mengajarkan pelajaran yang berharga.

BERSYUKURLAH bila kamu lelah dan letih. Karena itu kamu telah membuat suatu perbedaan.

Mungkin mudah untuk kita bersyukur akan hal-hal yang baik. Hidup yang berkelimpahan datang pada mereka yang  juga bersyukur akan masa surut.

Rasa syukur dapat mengubah hal yang negatif menjadi positif.

Temukan cara bersyukur akan masalah-masalahmu dan semua itu akan menjadi berkah bagimu.

( Dikutip dari buku THE LIGHT OF A LITTLE CANDLE , CAHYO SATRIA WIAJAYA )

Tunggu Kisah Insipiratif Lainnya Dari Buku Ini ,, :)

MENGALIR SEPERTI AIR

Seorang pria mendatangi Guru. Katanya, “Guru, saya sudah bosan hidup. Benar – benar jenuh. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu gagal. Saya ingin mati.” Sang guru tersenyum, “Oh, kamu sakit.

Tidak guru saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati.

Seolah – olah tidak mendengar pembelaannya, Sang guru meneruskan,”Kamu sakit. Dan peyakitmu itu bernama, ‘Alergi Hidup’. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan.

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa di sadari kita melakukan hal – hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus, sungai kehidupan ini mengalir terus, tetapi kita menginginkan keadaan status-qu. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengali. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit.

Usaha, pasti ada pasang surutnya. Dalam rumah tangga pertengkaran kecil itu memang wajar. Persahabatan pun tidak selalu langgeng. Apa sih yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita. “Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu benar-benar bertekad ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku, “ kata Sang Guru.

Tidak guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup.” Pria itu menolak tawaran sang Guru. “Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?” “Ya saya memang bosan hidup.

Baiklah, kalau begitu besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Malam nanti, minumlah separuh isi botol ini. Sedangkan separuh sisanya kau minum besok sore jam enam. Maka esok jam delapan malam kamu akan mati dengan tenang.

Kini giliran pria itu yang menjadi bingung. Sebelumnya, semua guru yang ia datangi selalu berupaya untuk memberikan semangat hidup. Namun guru yang satu ini aneh. Alih-alih memberikan semangat hidup, malah menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.

Setibanya di rumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut “obat” oleh sang guru tadi. Lalu, ia merasakan ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumny. Begitu rileks, begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebas dari segala macam masalah.

Malam itu ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran jepang. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Ini adalah malam terakhirnya. Ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya amat harmonis. Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan berbisik, “sayang, aku mencintaimu.

Sekali lagi, karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Esoknya, sehabis bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Setengah jam kemudian ia kembali ke rumah, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia  masuk ke dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Kenapa pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sang istripu  merasa aneh sekali, “sayang, apa yang terjadi hari ini?

Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku, sayang

Di kantor ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, “hari ini, bos kita kok aneh ya?” dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis.

Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan menghargai terhadap pendapat – pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.

Pulang ke rumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justri sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.” Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, “ Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu tertekan karena perilaku kami.

Tiba-tiba sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?

Ia mendatangi sang guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, “Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh. Apabila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan.

Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami sang guru, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumny. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian. Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP!

( Dikutip dari buku THE LIGHT OF A LITTLE CANDLE , CAHYO SATRIA WIAJAYA )

Tunggu Kisah Insipiratif Lainnya Dari Buku Ini ,, :)

Senin, 13 Juni 2011

KISAH LELAKI TUA DI AMERIKA


Ada laki – laki tua, seorang muslim Amerika yang tinggal di sebuah tanah di sebuah tanah pertanian di pegunungan timur kentucky.Dia tinggal bersama seorang cucu laki – lakinya yang masih muda di meja dapur sambil membaca Al-Qur’an.

Cucu laki – laknya sangat ingin menjadi seperti kakeknya dan mencoba meniru segala yang di lakukany. Suatu hati cucunya bertanya, “ kakek, aku mencoba untuk membaca Al – Qur’an seperti dirimu. Tetapi aku tidak memahaminya, dan seringkali apa yang harus ku mengerti langsung terlupa begitu aku menutup buku (Qur’an) itu. Apa yang sebaiknya kulakukan, ketika aku membaca Al-Qur’an?
Sang kakek terdiam sambil memindahkan bongkahan batubara dari keranjang ke dalam kompornya, dan mulai menjawab, “Bawalah keranjang batubara ini turun ke sungai dan bawakan aku sekeranjang air,

Anak lelaki itu melakukan perintahnya, tetapi tentu saja air yang di bawanya bocor keluar sebelum ia sempat kembali ke rumah. Sang kakek tertawa dan berkata, “Lain kali kamu harus bergerak agak cepat,” dan menyuruh cucunya kembali ke sungai untuk mencoba kembali membawa air dalam keranjang. Sekali ini sang cucu berlari dengan cepat, tetapi lagi – lagi keranjangnya telah kosong sebelum dia kembali ke rumah. Sambil terengah – engah ia berkata kepada kakeknya bahwa tidak mungkin membawa air dalam keranjang, dan lalu dia malah pergi untuk mengambil ember. Kakeknya berkata,”aku tidak ingin seember air, aku mengingkan sekeranjang air,” kamu hanya tidak berusaha lebih keras.” Lalu dia pergi ke jendela untuk melihat cucunya mencoba lagi.

Saat ini cucunya tahu bahwa hal itu tidak masuk akal, tetapi dia ingin menunjukkan kepada kakeknya bahwa walaupun dia berlari secepat yang dia bisa, airnya akan selalu bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah.

Anak laki – laki itu kembali mengisi keranjang dengan air seungai dan berlari kencan, tetapi ketika ia mencapai kakeknya, keranjang itu telah kosong lagi. Demikianlah yang terjadi berkali – kali

Sambil terenggah – enggah ia berkata,”lihatlah, kek. Ini sama sekali tidak ada gunanya!

kamu pikir itu tidak ada gunanya?” kata kakeknya, “lihatlah keranjang itu.

Anak itu melihat keranjangnya dan untuk pertama kalinya ia menyadari bahwa keranjangnya tampak berbeda. Keranjangnya berganti rupa dari keranjang tua yang sangat kotor menjadi keranjang yang bersih, di luar dan di dalamnya.

“cucuku, itulah yang terjadi ketika kau membaca Al-Qur’an, kau tidak memiliki kemampuan untuk mengingat semuanya, tetapi ketika kau membacanya, engkau kan menjadi berubah, di luar dan di dalam. Itulah perbuatan/kehendak ALLAH SWT dalam kehidupan kita.

( Dikutip dari buku THE LIGHT OF A LITTLE CANDLE , CAHYO SATRIA WIAJAYA )

Tunggu Kisah Insipiratif Lainnya Dari Buku Ini ,, J

Cerita ini membuka mata hatiku ,, betapa bodohnya aku yang sering melupakan membaca Al-Qur’an walau hanya sebentar saja,, Mungkin bisa di bilang aku sudah tidak pernah membacanya lagi sejak SMA dulu,, Aku rindu ingin membaca Al-Qur’an lagi,, Maafkan hambamu ini Ya ALLAH ,, yang telah melupakan kewajiban hamba membaca dan mengamalkan wahyuMU itu ,, Maafkan aku YA ALLAH L


Minggu, 12 Juni 2011

TERIMA KASIH AYAH, TELAH MENUNJUKKAN KEPADA SAYA BETAPA MISKINNYA KITA



Suatu ketika seseorang yang sangat kaya mengajak anaknya mengunjungi sebuah kampung dengan tujuan utama memperlihatkan kepada anaknya betapa orang – orang bisa sangat miskin.

Mereka menginap beberapa hari di sebuah daerah pertanian yang sangat miskin.

Pada perjalanan pulang, sang ayah bertanya kepada anaknya.
“Bagaimana perjalanan kali ini ??”

“Wah, sangat luar biasa Ayah”

“Kau lihatkan betapa manusia bisa sangat miskin” kata ayahnya.

“Oh iya” kata anaknya

“Jadi, pelajaran apa yang dapat kamu ambil?” tanya ayahnya.

Kemudian si anak menjawab.

“Saya saksikan bahwa :

Kita hanya punya satu kucing , Mereka punya empat

Kita punya kolam renang yang luasnya sampai ke tengah taman kita dan mereka memiliki telaga yang tidak ada batasnya.

Kita mengimpor lentera – lentera di taman kita dan mereka memiliki bintang –
bintang pada malam hari.

Kita memiliki patio sampai ke halaman depan, dan mereka memiliki cakrawala secara utuh

Kita memiliki sebidang tanah untuk tempat tinggal dan mereka memiliki ladang yang melampaui  yang melampui pandangan kita.

Kita punya pelayan – pelayan untuk melayani kita, tapi mereka melayani sesamanya

Kita membeli untuk makanan kita, mereka menumbuhkannya sendiri.

Kita mempunyai tembok untuk melindungi kekayaan kita dan mereka memiliki sahabat – sahabat untuk salaing melindungi.

Mendengar hal itu sang ayah tak dapat berbicara.

Kemudian sang anak menambahkan “Terima kasih Ayah, Telah menunjukkan kepada saya betapa miskinnya kita.

Betapa kita melupakan apa yang kita miliki dan terus memikirkan apa yang tidak kita punya

Apa yang dianggap tidak berharga oleh seseorang ternyata merupakan dambaan bagi orang lain

Semua ini berdasarkan kepada cara pandang seseorang

Membuat kita bertanya Apakah yang akan terjadi jika kita semua bersyukur kepada Tuhan sebagai rasa terima kasih kita atas semua yang telah disediakan untuk kita daripada kita terus menerus khawatir untuk meminta lebih.

( Dikutip dari buku THE LIGHT OF A LITTLE CANDLE , CAHYO SATRIA WIAJAYA )

Tunggu Kisah Insipiratif Lainnya Dari Buku Ini ,, :)

Sabtu, 11 Juni 2011

CINTA DAN WAKTU




Alkisah, di suatu pulau kecil tinggallah berbagai benda abstrak.
Ada CINTA , KESEDIHAN , KEGEMBIRAAN , KEKAYAAN , KECANTIKAN dan sebagainya.
Mereka hidup berdampingan dengan baik.
Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba – tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu.

Semua penghuni pulau cepat – cepat berusaha menyelamatkan diri.
CINTA sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan.
Sementara itu air semakin naik membasahi kakinya.

Tak lama CINTA melihat KEKAYAAN sedang mengayuh perahu,
Kekayaan ! Kekayaan ! Tolong aku !, teriak CINTA
Aduh Maaf, CINTA !, kata KEKAYAAN
Aku tak dapat membawamu serta nanti perahu ini tenggelam.
Lalu kekayaan cepat – cepat pergi mengayuh perahunya.

CINTA sedih sekali, namun kemudian dilihatnya KEGEMBIRAAN lewat dengan perahunya.
Kegembiraan ! Tolong aku !, “ teriak CINTA
Namun KEGEMBIRAAN terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tak dapat mendengar teriakan CINTA.
Air Semakin tinggi membasahi CINTA sampai ke pinggang dan CINTA semakin panik.

Tak lama lewatlah KECANTIKAN.
Kecantikan ! Bawalah aku bersamamu !, teriak CINTA.
Wah, CINTA kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu pergi. Nanti kau mengotori perahuku yang indah ini”, sahut KECANTIKAN.

CINTA sedih sekali mendengarnya.
Ia mulai menangis sedih.
Saat itulah lewat KESEDIHAN.
Oh, kesedihan, bawalah aku bersamamu !, kata CINTA.
Maaf CINTA, Aku  sedang sedih dan aku ingin sendirian saja, kata KESEDIHAN sambil terus mengayuh perahunya. CINTA pun putus asa.

Ia merasakn air semakin naik dan akan menenggelamkannya.
Pada saat kritis itulah tiba – tiba terdengar suara.
CINTA ! Mari cepat naik ke perahuku !
CINTA menoleh ke arah suara itudan cepat – cepat naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya.

Di pulau terdekat, CINTA turun dan perahu itu langsung pergi lagi.
Pada saat itulah CINTA sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa yang menolongnya.
CINTA segera bertanya kepada penduduk pulau itu.
Yang tadi adalah WAKTU, kata penduduk itu.
Tapi mengapa ia menyelamatkan aku ? aku tidak mengenalinya.
Bahkan teman – temanku yang mengenalku pun enggan menolong  tanya CINTA  heran.

SEBAB . . . . .

HANYA WAKTULAH YANG TAHU BERAPA NILAI SESUUNGGUHNYA  DARI CINTA ITU;

( Dikutip dari buku THE LIGHT OF A LITTLE CANDLE , CAHYO SATRIA WIAJAYA )

Tunggu Kisah Insipiratif Lainnya Dari Buku Tersebut Di Blog Ini ,, :)